Senin, 19 Januari 2009

Antara konflik Gaza, Facebook, Mc.D , dan Papua



source:kempoamikom.blogspot.com


Beberapa hari ini saya isi waktu dengan muyawarah besar BPPM Equilbrium yang melelahkan, namun hasilnya cukup memuaskan dan menjadi pembelajaran baru. Tepat pukul 13.00 saya tiba di rumah. Sambil merebahkan tubuh yang letih, jemari saya menari di atas keyboard laptop, checking email dan account jejaring social.
Teriakan anti Israel makin keras dan menggema, memasuki dimensi dan mengkristal, membuat perdebatan terjadi dimana-mana. Saya di suggest menghapus akun facebook dan berhenti memakai produk amerika. Jiwa kekanakan saya menolak perlahan dalam hati, sejenak. Lalu saya sintesa lagi apakah hal itu memang harus saya lakukan? Apa manfaat dan mudharatnya. Just so you know, saya bukan seseorang yang terlalu idealis, masih banyak hal tidak penting yang saya kerjakan. Tapi saya terus berpikir bagaimana membuat hidup lebih berarti.
Facebook dalam blog seseorang bernama Ana, silahkan cek alamatnya di facebook saya, digambarkan sebagai salah satu media penggalangan dana bagi pertempuran Israel di Gaza. Makin hari membernya makin banyak, iklan yang masuk pun bertambah, analogi mereka berlipat ganda pula sumbangan perang yang diberikan. Saya merinding. Sumpah. Merasa berdosa. Hanya dengan menyapa teman di dunia maya, saya membantu aksi pemusnahan masal di Gaza. Itu pikiran pendek. Tapi apa isu itu benar ya? Yang namanya pembunuhan karakter, sudah lumrah dimana-mana. Apalagi lewat internet, dimana jutaan orang dapat mengaksesnya dengan mudah, bahkan bagi mereka yang hanya iseng. Sampai detik ini saya belum berniat untuk menghapus akun saya. Ingin cari bukti lebih lanjut.
14045, I’m lovin it, paparapapaaap! Siapa sih yang tidak tahu jargon ini? Keponakan saya, Fatah yang usianya baru 4 tahun saja sudah hafal di luar kepala, lebih hafal iklan Mc.Donald ini dibanding doa mau makan, harusnya di lafalkan lebih dari tiga kali dalam sehari yang notabene jauh lebih penting. Nasib serupa layaknya facebook menimpanya, pemboikotan oleh orang dalam jumlah besar. Lagi-lagi dituding sebagai donator perang.
Apa yang harus saya lakukan, saya bingung. Saya merintih melihat nasib ribuat warga Gaza. Tapi untuk sementara ini saya putuskan untuk tidak menghapus akun facebook saya.
Kendati ini disama artikan sebagian orang sebagai gerakan pro Israel, sebenarnya saya tidak berniat begitu. Bagaimanapun mekanismenya, benar atau tidaknya anggapan bagi kebanyakaan orang, saya punya argument. Lebih dari 69% shoutout friends saya di facebook meneriakan anti Israel. Bukankah ini merupakan salah satu media jihad? Membakar semangat orang untuk berusaha memberi bantuan apa pun bentuknya, sesuai kapasitas, saya rasa ini bermanfaat. Facebook messenger juga menjadi salah satu media diskusi panas mengenai Perang Israel-Palestina akhir-akhir ini.Pernah dengar peribahasa senjata makan tuan? Kalau kita mengubah fungsi motor pembantai menjadi motor aksi simpatik dan bantuan riil, si pembuat facebook dalam istilah Jawanya malah akan gela. Saatnya kita memang menjadi insan kritis yang tidak sekedar mainstreaming. Segera putar otak, ambil kendali.
Lalu berkaitan dengan produk semacam Mc.D, KFC, Texas, dan sebagainya. Saya sebenarnya tidak terlalu menggadrungi sajian tersebut, hanya kadang mendkonsumsi di akhir pekan. Akhir-akhir ini semakin banyak saja teman saya yang berhenti makan produk amerika, atau konsumsi lainnya. Menghentikan kontribusi perang katanya. Sebelum saya ikut begitu karena wacana yang sama, terlintas wajah cleaning service Mc.D di benak saya. Lantas, bagaimana dengan mereka? Bagaimana kelanjutan hidup mereka bila kantornya terpaksa tutup karena total cost sudah tidak exceed atau imbang dengan total revenue karena masyarakat berbondong-bondong boikot Mc.D. Pengangguran meningkat. Ada rekan saya yang bilang ,”itu kan hanya dampak jangka pendeknya saja.”
Hanya? Saja? Anda bisa berbicara demikian di dalam rumah berkasur empuk milik orang tua Anda. Namun bagaimana dengan mereka? Rakyat menengah ke bawah yang sangat peka dengan geliat ekonomi mikro. Dalam teori Philips Curve dijelaskan bahwa angka penganggurang dan inflasi berbanding terbalik. Beda kasus dengan di Indonesia, inflasi saat ini masih merangkak naik akibat global financial crisis, dan dampak kenaikan BBM (yang walaupun telah diturunkan belum cukup mempengaruhi harga output aggregate untuk turun). Lantas, sudah menganggur, harga barang naik, makin banyak perusahaan kena boikot, harga kebutuhan mahal, bagaimana mereka bisa bertahan?
Kalau masyarakat suka demo memaki pemerintah, presiden, anggota DPR menentang kebijakan yang merugikan rakyat miskin, kenapa kita harus ikut menambah factor turunnya perekonomian mikro?
Itulah segelintir pendapat pribadi saya mengenai black campaign yang berhubungan dengan konflik Gaza marak terjadi.
Agak keluar tema, saya menyerah dengan banyak stasiun TV Indonesia. Walaupun saya nonton sinetron untuk hiburan, saya kini jadi agak males nonton berita. Terutama TVone yang popularitasnya meroket itu. Blow up berlebihan pemilihan Barrack Hussein Obama memang telah berlalu, tapi kini konflik Gaza sukses merebut perhatian seluruh masyarakat Indonesia secara berlebihan. Update dari stasiun Al-Jazeera setengah jam sekali, berhasil menggeser gempa Papua dan bencana alam lainnya yang Indonesia alami dalam pekan-pekan ini.
Salah siapa? Bukan. Saya bukannya tidak suka akan informasi penting yang kontinuitas dari saudara kita di Palestine sana, tetapi apakah rintihan saudara kita di Papua kurang penting?
Saat gempa melanda Jogja, semua orang gempar, bantuan datang, posko-posko bertebaran di antero DIY. Berbeda dengan di Papua kini, kedasyatan gempanya tidak kalah, namun kepeduliannya berkurang. Saya tidak mengetahui secara pasti, apakah orang Indonesia sudah semakin kebal bencana alam, atau mereka kurang info, atau pemerintah sedang lebih pusing pikirkan bantuan perdamaian di Gaza? Kasihan mereka. Mereka tidak jauh kurang menderita dibanding anak Palestine.
Padahal Papua turut menopang kesejahteraan hidup kita. Dengan SDA yang berlimpah, pemasukan Papua menjadi bantuan pembangunan bagi pulau Jawa yang cenderung ‘gersang’ penghasilan alamya. Walaupun velocity of money kita lebih besar, namun salah satu sumbernya dari sana. Infrastruktur yang kita nikmati sekarang ada yang merupakan sumbangsih dari mereka. See?
Indonesia kini ibarat seorang Bapak yang ingin mendamaikan konflik antar kampungnya, tapi di rumah anaknya kelaparan, dan istrinya sakit keras. Padahal sebaik-baiknya menolong saudara jauh, lebih utama membantu tetangga dekat.
Saya tarik nafas panjang. Kompleks sekali masalah kehidupan. Dilemma. Saya sama sekali bukan bermaksud interfensi simpatisan perang Israel-Palestina, hanya ingin mengingatkan, bahwa di dalam ‘tubuh’ ini juga sebenarnya ada ‘luka’.
Doa saya untuk konflik Gaza, semoga ,manusia senantiasa menyadari bahwa Allah memberi banyak hikmah di balik cobaan yang Dia berikan. Selesaikanlah konflik itu dan biarkan anak Palestine kembali bersekolah di padi hari, dan tertawa riang bermain di bawah terik matahari siang di kota mereka yang aman. Pohon kurma kembali tumbuh di tanah itu, dan mereka kembali memetik buahnya ke dalam keranjang, berlari sesegera mungkin ke rumah, untuk mempersiapkan hidangan makan malam yang istimewa. Dan adzan dapat berkumandang di dalam masjid megah dengan terangnya cahaya, menyeruak ke penjuru kota, damai bagi mereka.

13 komentar:

Journal Kinchan mengatakan...

waw sekarang ngomongnya udah pake kurva philips nih haha

eh eh kamu ma adri janjian ya? pa tadi siang diskusi?
postingannya setipe. haha memang soulmate ya

adrie primera mengatakan...

maju terus!!menuju Indonesia yg lebih baik, beradab, dan bermartabat!!

meauwlycious mengatakan...

ho'o
kin
bar telpon2an
menurut saya pribadi perlu diposkan
ahahahhaaa

ria krisna mengatakan...

weh mi. aku ga ngerti istilah2 ekonomi. HAkakak

btw, tadi pagi aku liat mobilmu. Tak jejeri. Tak liatin yg nyopir.
kayane bukan kamu.
Aku baru inget, "anak2 FEB kan skrg MUBES!"

ria krisna mengatakan...

oh ya, eniwei tulisanmu apik mi.
keep posting. haha

blogojan mengatakan...

banyak istilah anak ekonomi = ojan gak tau.

bahas media = masih banyak media lain. jangan pojokin satu media.

hahahaha ^.^

meroket karena mereka bikin vivanews.com

dan ojan tukang posting di situ,,,

wkkwkwkw

meauwlycious mengatakan...

gelgel: oke . insyaAllah, selama engga kakehan gawean gel
ohohohioo.
tadi kamu njejenri mamaku berarti

ojan:tengkyu sarannya.lain kali saya reportase lebih lanjut. smangat de buat reporter vivanews

copey lagi mengatakan...

hooh ki miadri..podo plek..jodo.
hahaha.
kin.. ayo janjian posting..!
*aku ki ngomentari sopo

Indy Rinastiti mengatakan...

wow

another great argument

I don;t know about those facebook things. Fact or not?
I totally agree with your opinion about micro-economic people.
But, I don;t think that Mc D will close down because of this. I saw many jilbabers went to KFC and MCd these days, though i tried my best to avoid it.
Your post and Adrie's post are great. I remember that you are Progresif member. Means, no doubt that you can write very well.

hohoho

meauwlycious mengatakan...

makasi ndik
ada baiknya kita mencoba menulis sesuatu yang tidak hanya berguna bagi kita sendiri, tapi orang banyak

Anonim mengatakan...

Kalau bisa menjaring banyak member dengan meneriakkan jihad palestina, bisa nggak bantu saya meneriakkan "perangi kemiskinan intelektual di Indonesia". Salam hangat dan salam kenal. Semoga jadi manfaat.

meauwlycious mengatakan...

insya Allah
asal jangan under estimate dulu

Anonim mengatakan...

Terima kasih untuk blog yang menarik